Wednesday, September 4, 2013

Download Skripsi Kehutanan (Karakteristik Habitat Mikro Lutung Jawa)

Download Skripsi Kehutanan (Karakteristik Habitat Mikro Lutung Jawa)

Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi dan peran sangat penting dalam kehidupan. Hutan sebagai pengatur siklus air (water cycle regulation) serta pemelihara kesuburan tanah dan pengendali erosi (soil conservation) ini diduga merupakan fungsi hutan yang paling dahulu dirasakan dan disadari keberadaannya oleh manusia, setelah fungsi hutan sebagai sumber makanan dan tempat perlindungan dari berbagai ancaman bencana alam dan binatang buas. Selain itu, sumberdaya alam juga merupakan sumber keanekaragaman jenis folra dan fauna, pengatur iklim mikro, siklus CO2, gudang plasma nutfah dan masih banyak lainnya (Juhadi, 2008).

 

Keanekaragaman hayati di Indonesia cukup tinggi, tidak kurang dari 10% jenis mahluk hidup terdapat di Indonesia (Suripto, 1997 dalam Agustina 2007). Bahkan menurut muhtaman (1999) dalam Agustina (2007) disebutkan wilayah di Indonesia menjadi tempat tumbuh sekitar 17% jumlah spesies di dunia. kekayaan tersebut meliputi 10% tumbuhan berbungan di dunia (27500 spesies), 12% mamalia di dunia (515 spesies), 16% seluruh anggota reftil dan amphibi di dunia (781 spesies), 17% jenis burung dan 37% jenis ikan di dunia ditemukan di Indonesia (Muhtaman, dkk 1999 dalam Agustina 2007). Selain itu indonesia juga memiliki jenis primata terkaya di dunia, ada 65 jenis dan 60% diantaranya endemik (Supriatna, 2000 dalam Agustina, 2007).

Hutan merupakan habitat asli primata dan satwa liar lainnya yang menyediakan makanan, tempat berlindung serta tempat melakukan aktifitas perkembang biakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup generasinya. Dalam kehidupan itu, sebagian dari satwa liar sangat menghendaki keseimbangan ekosistem dan habitatnya. Beberapa jenis satwa liar ada yang dapat bertahan pada batas intensitas kerusakan tertentu, tapi kebanyakan dari satwa liar yang berteritorial luas kurang dapat bertahan. Adapun penyebab utamanya adalah berkurangnya wilayah yang menyediakan makanan serta kesulitan dalam berkembang biak.

Resiko tingkat kepunahan primata di Indonesia yang tinggi bukan saja karena populasinya yang berkurang terus, terapi juga karena data-data tentang jenis, penyebaran dan habitat termasuk pakan masih bersifat nasional atau global, sedangkan data-data dalam skala regional atau wilayah kecil masih sangat kurang. Trachypithecus auratus termasuk dalam primata yang data-datanya kurang karena masih sedikit penelitian yang dilakukan untuk mengkajinya. Berdasarkan IUCN status dari Trachypithecus auratus adalah Data Defficient (DD) yaitu belum ada informasi yang cukup untuk membuat suatu penilaian terhadap suatu penilaian terhadap resiko kepunahan berdasarkan distribusi atau status populasi.

Salah satu primata yang terancam keberadaannya adalah Trachypithecus auratus yang merupakan satwa endemik di Pulau Jawa. Menurut Gunawan et al. (2008) spesies ini ditemukan di Taman Nasional Gunung Ciremai atau pegunungan sekitarnya seperti Hutan Lindung Gunung Tilu. Penggunaan lahan yang tidak sesuai, dengan adanya kegiatan perkebunan di sekitar kawasan hutan oleh sebagian penduduk lokal dikhawatirkan dapat mengakibatkan habitat Trachypithecus auratus semakin menurun. Dengan semakin menyusutnya habitat satwa ini, maka akan semakin mempercepat laju kepunahannya.

Hutan Lindung Gunung Tilu merupakan salah satu habitat Trachypithecus auratus, tapi hutan di daerah ini disinyalir sudah banyak mengalami penurunan kualitas akibat kegiatan manusia dengan adanya kegiatan perladangan pada sekitar batas hutan alam dengan hutan produksi, perburuan satwa, penebangan pohon jenis tertentu untuk mendapatkan jamur. Jika hal ini dibiarkan terus maka akan mempercepat laju kepunahan satwa endemik ini. Karena dengan adanya suatu kegiatan tersebut di dalam kawasan yang berlebihan dan mengakibatkan suatu perubahan terhadap lingkungan yang mengakibatkan penyempitan terhadap habitat Trachypithecus auratus, itu akan menyebabkan satwa tidak dapat berpindah tempat sehingga peluang terjadinya inbreeding sangat besar. Untuk itu perlu diadakannya pembinaan dan perlindungan habitat Trachypithecus auratus. Sehingga perlu adanya penelitian mengenai habitat Trachypithecus auratus yang salah satunya terdapat di kawasan Hutan Lindung Gunung Tilu.


Password: -



No comments:

Post a Comment