Wednesday, September 4, 2013

Download Skripsi Pertanian (Potensi Nematoda Steinernema Spp)

Download Skripsi Pertanian (Potensi Nematoda Steinernema Spp)

Lalat buah (ordo Diptera, famili Tephritidae). Terdiri atas 4.000 spesies yang terdiri dari 500 genus. Tephritidae merupakan famili terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu family yang sangat penting karena secara ekonomi sangat merugikan. Famili Tephritidae memiliki beberapa subfamili. Subfamili yang spesiesnya terkenal sebagai hama lalat buah adalah Dacinae yang terbagi menjadi dua genus yaitu Dacus (Fabricus) dan Bactrocera (Macquart) (Siwi dkk., 2006).

Lalat buah termasuk hama yang menimbulkan kerugian besar bagi petani di Indonesia, terutama petani buah dan sayuran. Penyebaran lalat buah hampir seluruh daerah di Indonesia meliputi daerah-daerah di pulau Sumatera, daerah-daerah di pulai Jawa, Kalimatan bagian selatan, pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kisaran luasan serangan rata-rata mencapai 0,1-100 ha tiap daerah, khusus daerah Jawa Timur kisaran luasan mencapai hingga 50-10.000 ha.(Ditlin Hortikultura, 2008).

Bactrocera dorsalis kompleks merupakan salah satu jenis lalat buah yang sangat merugikan di bidang hortikultura, karena dapat menyebabkan menurunnya kualitas maupun kuantitas produk hortikultura dan juga buah-buahan seperti cabai, mangga, jambu biji, belimbing, nangka, jeruk, pisang, alpukat, nenas, semangka dan mentimun (Anggarani, 2008). Sekitar 35% dari spesies lalat buah menyerang buah-buahan yang berkulit lunak dan tipis termasuk di dalamnya buah-buahan komersial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Lalat buah juga dapat menjadi penghambat perdagangan (Trade barrier) antar negara, karena apabila pada komoditas ekspor suatu produk terdapat telur lalat buah, maka produk tersebut akan ditolak (Kardinan, 2007). Selain menyebabkan kerugian yang besar, lalat buah juga merupakan organisme pengganggu tanaman karantina (OPTK) yang sangat diwaspadai dan dijadikan persyaratan impor terutama oleh negara maju. Beberapa spesies lalat buah yang belum ada di Indonesia dan termasuk ke dalam organisme pengganggu tanaman karantina antara lain : Mediterranian fruit fly (Ceratitis capitata), Mexican fruit fly (Anastrepa ludens), Queensland fruit fly (B. tryoni), B. latifrons, B. occipitalis, B. zonata, B. musae, B. philippinensis, B. bryoniae, B. passiflorae, B. caryeae, mango fly (Dacus flauenfeldi), dan Monacrostichus citricola (Siwi dkk., 2006).

Keberadaan lalat buah pada tanaman buah-buahan dapat menyebabkan kegagalan panen. Hal tersebut diakibatkan oleh larva yang berkembang pada bagian daging buah. Kerusakan yang diakibatkan oleh keberadaan lalat buah dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kerusakan kuantitatif adalah kerusakan yang disebabkan oleh penurunan hasil produksi tanaman akibat dari rontoknya buah atau rusaknya buah sebelum dipanen. Sedangkan keruskan kualitatif adalah kerusakan yang disebabkan oleh perkembangan lalat buah pada tanaman inang sehingga menyebabkan pembusukan dan tidak layak untuk dijual (Putra, 1997).

Berbagai upaya pengendalian terhadap lalat buah telah banyak dilakukan baik secara tradisonal maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Penggunaan insektisida kimia dapat berpengaruh buruk terhadap konsumen karena residu pada buah dapat ikut termakan. Untuk mencegah serangan B. dorsalis kompleks secara tradisional, dilakukan dengan cara membungkus buah dengan berbagai alat pembungkus antara lain kantong plastik, kertas Koran, dan daun kelapa namun pembungkusan buah kurang praktis dan menyita waktu serta tenaga, terutama pada areal tanaman yang luas (Trisawa dan Wikardi, 1996).

Salah satu alternatif pengendalian yang aman bagi lingkungan adalah dengan cara pemanfaatan nematoda entomopatogen. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa nematoda Steinernema spp. merupakan salah satu paling potensial untuk pengendalian hayati serangga (Chaerani, 1996). Menurut Ekanayake et al., (2001) nematoda S. feltiae mampu menyebabkan mortalitas terhadap pupa Cylas formicarius elegantulus sebesar 70-80% selain itu juga menurut Nugrohorini dkk., (2002) nematoda S. carpocapsae dapat menyebabkan mortalitas terhadap pupa Plutella xylostella sebesar 40 %. Penelitian mengenai pengendalian pupa lalat buah dengan menggunakan nematoda Steinernema spp. masih jarang di lakukan. Dengan demikian, perlu dilaksanakan penelitian mengenai potensi nematoda Steinernema spp. dalam mengendalikan pupa lalat buah.


Password: uiHrnpcH


No comments:

Post a Comment