Sunday, September 1, 2013

Download Skripsi Sosial Gratis (Konflik Kehidupan Seorang Clubber)

Download Skripsi Sosial Gratis (Konflik Kehidupan Seorang Clubber)


Aktivitas mengunjungi klub malam tersebut kerapkali didengungkan orang-orang dengan istilah clubbing. Berdasarkan kamus online (2008), disebutkan bahwa clubbing adalah perilaku menghadiri klub atau mengikuti kegiatan-kegiatan di dalam klub atau ikut serta di dalam tujuan tertentu dari klub. Clubbing, sebuah kata kerja yang berasal dari kata Club, berarti pergi ke klub-klub pada akhir pekan untuk mendengarkan musik (biasanya bukan live music) di akhir pekan untuk melepaskan kepenatan dan semua beban ritual sehari-hari. Di Indonesia, clubbing sering juga disebut dugem (dunia gemerlap) karena tidak lepas dari kilatan lampu disko yang gemerlap dan dentuman musik techno yang dimainkan oleh para DJ (Disc Jockey) yang terkadang datang dari luar negeri (dalam ‘Psychemate’, 2007). Clubbing dan club cultures sering disebut juga ‘raving’, ‘dance culture’, dan ‘nightclubbing’ (Malbon, 1999).

Clubbing telah menjadi sebuah bentuk kesenangan masyarakat kota, dan kini telah menjadi budaya industri utama di Inggris (Lovatt, 1996, dalam Malbon, 1999). Di Indonesiapun demikian. Hasil survey (Max, 2002) menunjukkan sebesar 40% remaja kota-kota besar di Indonesia suka melakukan aktivitas dugem (Badriah, 2005). Clubbing yang lebih diidentikkan dengan kehidupan di klub dan tempat bersenang-senang anak muda lainnya, merupakan dimensi kehidupan dunia yang tergolong baru bagi Indonesia. Meskipun baru, budaya barat ini mulai menebarkan pesona dan janji kesenangan (Parahita, 2008), sehingga pada akhirnya banyak yang terpesona akan janji kesenangan yang disuguhkan oleh kehidupan malam tersebut.

Penyebaran budaya clubbing terlihat sangat cepat, dan kini telah melanda kalangan menengah di Jakarta, juga kota-kota besar lain di Indonesia. Hal ini ditandai dengan berdirinya banyak klub baru. Jumlah klub musik di Jakarta hampir mencapai 30 buah (Kuswardono, 2003). Di Medan, party dan clubbing, sudah merupakan santapan sehari-hari, dan seks serta narkoba merupakan lem pengerat bagi kehidupan itu (Putra, 2008).

Sebagai dasar dalam menentukan aktivitas clubbing, Malbon (1999) menarik kesimpulan bahwa terdapat lima elemen konstitutif dari clubbing, yakni music, dancing, performance, crowds, dan communality. Orang-orang yang mengunjungi club atau aktif di dalam club sering disebut dengan istilah clubbers. Clubbers diarahkan kepada mereka yang memiliki hobi yang sama dan membentuk kelompok atau komunitas yang terorganisir, sebagai pengunjung setia sejumlah pub, diskotik, dan bar (Hendra&Erna, dalam Sriwijaya Post, 9 April 2006).

Secara sosial, seseorang yang memiliki status dan hobi atau kepentingan yang sama akan bergabung dan membentuk kelompok-kelompok. Khususnya clubbers yang menjadi tren saat ini, juga berdasarkan kepentingan dan hobi yang sama dengan jenis-jenis musik seperti house musik, dan lain sebagainya. Fenomena ini merupakan gejala masyarakat perkotaan yang sudah modern (Joko Siswanto, dalam Sriwijaya Post, 9 April 2006). Seperti yang dijelaskan oleh Mutmainah (2007) (dalam Ruz, 2006), anak muda memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan berkomunitas. Mereka paling senang berkumpul bersama kelompok dan teman-teman sebayanya. Dalam bergaul ini, selalu ada tekanan dari dalam diri si anak untuk melakukan hal yang sama dengan teman satu kelompok.

Menurut Lewin, konflik adalah suatu keadaan dalam lapangan kehidupan seseorang dimana adanya daya-daya yang saling bertentangan arah, tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama. Konflik itu sendiri terjadi karena adanya tekanan untuk merespon daya-daya tersebut secara simultan. Konflik ini kalau tidak segera diselesaikan dapat menyebabkan frustasi dan ketidakseimbangan kejiwaan.

Berangkat dari pemaparan di atas peneliti tertarik dan memfokuskan arah penelitian ini berdasarkan satu kasus yang menyangkut kehidupan seorang clubber yang bernama Bito (nama samaran). Bito adalah seseorang yang sudah sejak awal tahun 2006 menjadi seorang clubber. Penulis meminta kesediaan subjek pada waktu perkenalan, dan subjek setuju untuk diwawancarai lebih lanjut.


Password: 75uTJ50P

No comments:

Post a Comment